Busi berfungsi memercikan bunga api untuk membakar campuran bahan bakar di ruang bakar. Percikan api terjadi di celah antara elektroda tengah dengan elektroda massa, percikan tersebut akibat loncatan arus tegangan tinggi dari elektroda tengah ke elektroda massa.

Busi dialiri arus tegangan tinggi (15.000-30.000 volt), dan dipasang diruang bakar dengan temperatur sangat tinggi, oleh karena itu antara elektroda tengah dan elektroda massa harus dipisahkan oleh isolator yang tingkat isolasinya tinggi dan tahan panas.
Busi dilengkapi dengan ulir untuk pemasangan di ruang bakar, agar tidak bocor pada ulir tersebut terdapat ring perapat. panjang dan diameter ulir harus tepat agar ulir busi mampu menahan tekanan pembakaran.
Elektroda busi terbuat dari bahan yang tahan panas dan erosi. bahan tersebut adalah paduan krom-nikel yang tahan temperatur tinggi. Pada busi spesial terbuat dari platina maupun tungsen.

Kontruksi Busi dan Percikan Api pada Busi
Besar celah busi harus tepat. Besar celah busi biasanya 0,70-1,00mm, namun lebih tepatnya lihat spesifikasi kendaraan sebab kendaraan tertentu ada yang spesifikasi celah busi 1,10mm.
Jika celah busi terlalu kecil akan mengakibatkan percikan api kecil dan mudah terselip kotoran, sedangkan celah yang terlalu besar membutuhkan tegangan yang lebih tinggi untuk menghasilkan percikan api sehingga bila tegangan kurang tinggi akan terjadi kegagalan percikan pada saat tertentu.

Kebutuhan tegangan antara busi baru dan busi lama berbeda. Busi lama membutuhkan tegangan yang lebih tinggi sebab pada busi lama kemungkinan terdapat kebocoran arus pada rongga busi maupun elektroda busi kotor, sehingga menyebabkan kebutuhan tegangan untuk meloncatkan bunga api lebih tinggi.
Hubungan Tegangan yang Dihasilkan dan Kebutuhan Tegangan
Semakin tinggi putaran mesin tegangan induksi semakin rendah, sebab saat putaran tinggi arus primer semakin kecil akibat waktu mengalirkan arus semakin singkat, selain itu juga dapat disebabkan sudut dwel yang mengecil akibat kontak pemutus arus melayang karena pegasnya lemah.
Bila tegangan induksi yang dihasilkan kurang dari tegangan yang dibutuhkan maka akan terjadi kegagalan percikan api (misspark), sehingga terjadi kegagalan pembakaran. Kegagalan percikan api sering terjadi saat kendaraan dipercepat karena pada saat tersebut kebutuhan tegangan lebih tinggi.

Pendinginan busi harus diperhatikan karena busi bekerja pada temperatur yang tinggi. Penempatan busi yang tepat diruang bakar akan membantu proses pendinginan pada busi.
Posisi Pemasangan Busi di Kepala Silinder

Berdasarkan tingkat penyaluran panasnya maka busi dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

  1. Busi panas
  2. Busi sedang
  3. Busi dingin
Busi panas mempunyai rongga pemanas yang luas dan elektroda tengah lebih panjang sehingga proses penyaluran panas rongga busi ke pendinginan mesin lebih sulit dan temperatur elektroda lebih besar.

Busi dingin mempunyai rongga yang kecil dan elektroda tengah lebih pendek sehingga penyaluran panas ke pendingin mesin lebih baik.
Posisi Pemasangan Busi di Kepala Silinder
Busi dingin digunakan pada mesin dengan temperatur kerja tinggi, seperti digunakan untuk jarak jauh dengan beban berat, balap dan sebagainya. Sedangkan busi panas digunakan pada mesin dengan beban kerja rendah, putaran rendah dan jarak tempuh pendek.

Pemakaian busi yang terlalu dingin menyebabkan temperatur rongga busi terlalu dingin, minyak dan karbon yang menempel pada rongga busi, lapisan minyak dan karbon menghantarkan listrik dari elektroda tengah ke massa, percikan api kecil atau tidak ada. dengan demikian jika busi terlalu dingin busi cepat kotor, terdapat tumpukan karbon pada rongga busi dan busi cepat mati.

Pemakaian busi yang terlalu panas menyebabkan temperatur rongga busi terlalu panas, pada temperatur 850 derajat celcius lebih, rongga busi membara (pijar) sehingga mampu membakar campuran disekitar rongga sebelum busi memercikan api (pre ignition). Akibat proses pembakaran abnormal tersebut tenaga mesin turun dan isolator pada rongga busi mudah retak, elektroda meleleh dan busi cepat mati.
Preignition dan Detonasi Pada Motor Bensin
Pemakaian busi yang tepat memungkinkan temperatur rongga busi sekitar 450-500 derajat celcius. Pada temperatur tersebut minyak dan karbon yang menempel pada rongga busi akan terbakar habis sehingga rongga selalu bersih, warna putih kecoklatan dan busi awet. Temperatur 450-500 derajat celcius disebut self cleaning temperature, karena busi mampu membersihkan dirinya sendiri.

Ketepatan proses pembakaran dapat dilihat dari kondisi rongga busi. Pada pembakaran yang normal rongga busi bersih berwarna putih kecoklatan, bila sering terjadi pre ignition elektroda busi akan cepat meleleh dan terkikis.
Campuran bahan bakar yang terlalu gemuk/kaya ditunjukan banyaknya endapankarbon yang menempel dirongga. Campuran kurus ditunjukan rongga berwarna putih karena panas berlebihan, adanya oli mesin yang ikut terbakar akibat kompresi bocor ditunjukan dengan banyaknya deposit oli.
Kondisi Rongga Busi Akibat Kesalahan Pembakaran
Bila dari hasil pemeriksaan busi ternyata tingkat panas busi tidak tepat (misalnya kurang panas) maka kita ganti busi dengan tingkat panas yang lebih tinggi. Untuk mengetahui tingkat panas dapat kita lihat dari kode busi. Setiap busi mempunyai kode sendiri untuk menginformasikan busi yang mereka produksi. Setiap produsen kendaraan menginformasikan merk dan kode busi yang sebaiknya digunakan untuk kendaraan tersebut, namun pada dasarnya setiap busi dapat diganti dengan busi merk lain asal jenis, tingkat panas, diameter ulir, kisar ulir dan panjang ulir relatif sama.

    Teknologi Motor Bensin

    More >>

    Listrik Elektronika Otomotif

    More >>

    Sepeda Motor

    More >>

    Health

    More >>